Cari Blog Ini

Renungan harian

Renungan harian
Renungan Harian

Sabtu, 02 Juli 2011

Waspadai Diabetes pada Anak

sumber : KOMPAS.COM
Lusia Kus Anna | Asep Candra | Jumat, 17 Juni 2011 | 09:51 WIB



KOMPAS.com - Penyakit diabetes pada anak-anak perlu semakin diwaspadai para orang tua. Data sebuah penelitian kecil menunjukkan, jumlah anak-anak penderita diabetes terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup.
Menurut data yang diungkap dr.Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), jumlah anak-anak penderita diabetes dalam kurun dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan terus naik. Meskipun data ini tidak mewakili secara nasional, tetapi angka kenaikannya perlu diwaspadai.
"Tahun 2011 ini, ada 65 anak diabetes yang tercatat, naik 400 persen dari tahun 2009. Dari jumlah itu, sebanyak 32 anak menderita diabetes melitus atau diabetes tipe dua," ungkap Aman pada acara konferensi pers 'Cermati Asupan Gula Berlebih pada Susu Anak' yang diadakan oleh Fonterra Brands Indonesia di Jakarta, Rabu (15/6/2011).
Aman menjelaskan, penyakit diabetes pada anak-anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang buruk, adanya riwayat diabetes di keluarga, anak lahir dengan berat badan rendah, serta kegemukan (obesitas). 
Faktor kegemukan adalah poin yang perlu menjadi perhatian khusus, karena fenomena ini tengah menggejala di masyarakat.  Dr.Rini Sekartini, Sp.A (K), ahli tumbuh kembang anak dari FKUI yang melakukan penelitian pada 100 anak usia 3-6 tahun di tiga Taman Kanak-kanak (TK) dan satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta menemukan, 20 persen anak TK mengalami obesitas dan 17,1 persen anak di PAUD obesitas.
Hal serupa juga terungkap dalam hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, yang menunjukkan prevalensi obesitas di kalangan balita Indonesia terus meningkat.  Prevalensi kegemukan pada balita mengalami kenaikan dari 12,2 persen pada 2007 menjadi 14 persen pada 2010.
Tingginya asupan gula pada makanan anak-anak, kata Aman, menjadi faktor yang harus diwaspadai para orang tua. Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan asupan gula tambahan pada anak seharusnya tidak melebihi 10 persen dari total energi yang dikonsumsi.
Artinya, berdasarkan angka kecukupan gizi Indonesia 2004, anak usia 1-3 tahun seharusnya mengonsumsi kurang dari 25 gram gula tambahan per hari atau setara dengan 5 sendok teh. Di usia 4-6 tahun jumlahnya tidak melebihi 38 gram atau sekitar 8 sendok teh.
Asupan gula terbanyak yang dikonsumsi anak adalah sukrosa yang mencapai 49,5 gram dan terbanyak berasal dari konsumsi susu formula. "Prosentase ini sudah melebih ambang batas yang direkomendasi WHO," tutur Aman.
Untuk mencegah obesitas pada anak, dr.Aman menganjurkan agar para orangtua mengembalikan pola makan anak yang benar. "Untuk tumbuh kembang anak butuh 1.600 kalori setiap harinya yang dibagi dalam 3 kali makan dan 2 kali snack. Minum susu secukupnya saja dan tingkatkan aktivitas fisik anak," tegas dr.Aman.
Risiko susu formula
Sementara itu penelitian di luar negeri menunjukkan, pemberian susu formula pada anak juga dapat diperhitungan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi risiko diabetes. Hal itu diungkapkan lewat penelitian awal Dr.Mikael Knip dari Universitas Helsinki dan dipublikasikan dalam American Journal for Clinical Nutrition.
Dalam suatu riset di kalangan bayi dengan genotipe HLA, gen yang membuat seseorang berisiko tinggi menderita diabetes, penggunaan susu formula yang mengandung protein susu sapi dapat meningkatkan risiko. Bayi yang beralih dari ASI ke susu formula atau makanan bayi terlalu cepat dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 1 di usia 10 tahun.
Sementara itu, bayi yang mengalami transisi dari ASI ke susu yang terhidrolisasi tinggi  - sehingga mudah dipecah dan dicerna -  memiliki risiko diabetes lebih rendah. Di usia 5 tahun, risikonya terkena diabetes bahkan berkurang hingga 50 persen. Penelitian yang masih berlangsung ini dilakukan di 77 pusat penelitian di 15 negara.

Waspadai Diabetes pada Anak

sumber : KOMPAS.COM
Lusia Kus Anna | Asep Candra | Jumat, 17 Juni 2011 | 09:51 WIB



KOMPAS.com - Penyakit diabetes pada anak-anak perlu semakin diwaspadai para orang tua. Data sebuah penelitian kecil menunjukkan, jumlah anak-anak penderita diabetes terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup.
Menurut data yang diungkap dr.Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), jumlah anak-anak penderita diabetes dalam kurun dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan terus naik. Meskipun data ini tidak mewakili secara nasional, tetapi angka kenaikannya perlu diwaspadai.
"Tahun 2011 ini, ada 65 anak diabetes yang tercatat, naik 400 persen dari tahun 2009. Dari jumlah itu, sebanyak 32 anak menderita diabetes melitus atau diabetes tipe dua," ungkap Aman pada acara konferensi pers 'Cermati Asupan Gula Berlebih pada Susu Anak' yang diadakan oleh Fonterra Brands Indonesia di Jakarta, Rabu (15/6/2011).
Aman menjelaskan, penyakit diabetes pada anak-anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang buruk, adanya riwayat diabetes di keluarga, anak lahir dengan berat badan rendah, serta kegemukan (obesitas). 
Faktor kegemukan adalah poin yang perlu menjadi perhatian khusus, karena fenomena ini tengah menggejala di masyarakat.  Dr.Rini Sekartini, Sp.A (K), ahli tumbuh kembang anak dari FKUI yang melakukan penelitian pada 100 anak usia 3-6 tahun di tiga Taman Kanak-kanak (TK) dan satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta menemukan, 20 persen anak TK mengalami obesitas dan 17,1 persen anak di PAUD obesitas.
Hal serupa juga terungkap dalam hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, yang menunjukkan prevalensi obesitas di kalangan balita Indonesia terus meningkat.  Prevalensi kegemukan pada balita mengalami kenaikan dari 12,2 persen pada 2007 menjadi 14 persen pada 2010.
Tingginya asupan gula pada makanan anak-anak, kata Aman, menjadi faktor yang harus diwaspadai para orang tua. Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan asupan gula tambahan pada anak seharusnya tidak melebihi 10 persen dari total energi yang dikonsumsi.
Artinya, berdasarkan angka kecukupan gizi Indonesia 2004, anak usia 1-3 tahun seharusnya mengonsumsi kurang dari 25 gram gula tambahan per hari atau setara dengan 5 sendok teh. Di usia 4-6 tahun jumlahnya tidak melebihi 38 gram atau sekitar 8 sendok teh.
Asupan gula terbanyak yang dikonsumsi anak adalah sukrosa yang mencapai 49,5 gram dan terbanyak berasal dari konsumsi susu formula. "Prosentase ini sudah melebih ambang batas yang direkomendasi WHO," tutur Aman.
Untuk mencegah obesitas pada anak, dr.Aman menganjurkan agar para orangtua mengembalikan pola makan anak yang benar. "Untuk tumbuh kembang anak butuh 1.600 kalori setiap harinya yang dibagi dalam 3 kali makan dan 2 kali snack. Minum susu secukupnya saja dan tingkatkan aktivitas fisik anak," tegas dr.Aman.
Risiko susu formula
Sementara itu penelitian di luar negeri menunjukkan, pemberian susu formula pada anak juga dapat diperhitungan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi risiko diabetes. Hal itu diungkapkan lewat penelitian awal Dr.Mikael Knip dari Universitas Helsinki dan dipublikasikan dalam American Journal for Clinical Nutrition.
Dalam suatu riset di kalangan bayi dengan genotipe HLA, gen yang membuat seseorang berisiko tinggi menderita diabetes, penggunaan susu formula yang mengandung protein susu sapi dapat meningkatkan risiko. Bayi yang beralih dari ASI ke susu formula atau makanan bayi terlalu cepat dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 1 di usia 10 tahun.
Sementara itu, bayi yang mengalami transisi dari ASI ke susu yang terhidrolisasi tinggi  - sehingga mudah dipecah dan dicerna -  memiliki risiko diabetes lebih rendah. Di usia 5 tahun, risikonya terkena diabetes bahkan berkurang hingga 50 persen. Penelitian yang masih berlangsung ini dilakukan di 77 pusat penelitian di 15 negara.

Waspadai Diabetes pada Anak

sumber : KOMPAS.COM
Lusia Kus Anna | Asep Candra | Jumat, 17 Juni 2011 | 09:51 WIB



KOMPAS.com - Penyakit diabetes pada anak-anak perlu semakin diwaspadai para orang tua. Data sebuah penelitian kecil menunjukkan, jumlah anak-anak penderita diabetes terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup.
Menurut data yang diungkap dr.Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), jumlah anak-anak penderita diabetes dalam kurun dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan terus naik. Meskipun data ini tidak mewakili secara nasional, tetapi angka kenaikannya perlu diwaspadai.
"Tahun 2011 ini, ada 65 anak diabetes yang tercatat, naik 400 persen dari tahun 2009. Dari jumlah itu, sebanyak 32 anak menderita diabetes melitus atau diabetes tipe dua," ungkap Aman pada acara konferensi pers 'Cermati Asupan Gula Berlebih pada Susu Anak' yang diadakan oleh Fonterra Brands Indonesia di Jakarta, Rabu (15/6/2011).
Aman menjelaskan, penyakit diabetes pada anak-anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang buruk, adanya riwayat diabetes di keluarga, anak lahir dengan berat badan rendah, serta kegemukan (obesitas). 
Faktor kegemukan adalah poin yang perlu menjadi perhatian khusus, karena fenomena ini tengah menggejala di masyarakat.  Dr.Rini Sekartini, Sp.A (K), ahli tumbuh kembang anak dari FKUI yang melakukan penelitian pada 100 anak usia 3-6 tahun di tiga Taman Kanak-kanak (TK) dan satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta menemukan, 20 persen anak TK mengalami obesitas dan 17,1 persen anak di PAUD obesitas.
Hal serupa juga terungkap dalam hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, yang menunjukkan prevalensi obesitas di kalangan balita Indonesia terus meningkat.  Prevalensi kegemukan pada balita mengalami kenaikan dari 12,2 persen pada 2007 menjadi 14 persen pada 2010.
Tingginya asupan gula pada makanan anak-anak, kata Aman, menjadi faktor yang harus diwaspadai para orang tua. Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan asupan gula tambahan pada anak seharusnya tidak melebihi 10 persen dari total energi yang dikonsumsi.
Artinya, berdasarkan angka kecukupan gizi Indonesia 2004, anak usia 1-3 tahun seharusnya mengonsumsi kurang dari 25 gram gula tambahan per hari atau setara dengan 5 sendok teh. Di usia 4-6 tahun jumlahnya tidak melebihi 38 gram atau sekitar 8 sendok teh.
Asupan gula terbanyak yang dikonsumsi anak adalah sukrosa yang mencapai 49,5 gram dan terbanyak berasal dari konsumsi susu formula. "Prosentase ini sudah melebih ambang batas yang direkomendasi WHO," tutur Aman.
Untuk mencegah obesitas pada anak, dr.Aman menganjurkan agar para orangtua mengembalikan pola makan anak yang benar. "Untuk tumbuh kembang anak butuh 1.600 kalori setiap harinya yang dibagi dalam 3 kali makan dan 2 kali snack. Minum susu secukupnya saja dan tingkatkan aktivitas fisik anak," tegas dr.Aman.
Risiko susu formula
Sementara itu penelitian di luar negeri menunjukkan, pemberian susu formula pada anak juga dapat diperhitungan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi risiko diabetes. Hal itu diungkapkan lewat penelitian awal Dr.Mikael Knip dari Universitas Helsinki dan dipublikasikan dalam American Journal for Clinical Nutrition.
Dalam suatu riset di kalangan bayi dengan genotipe HLA, gen yang membuat seseorang berisiko tinggi menderita diabetes, penggunaan susu formula yang mengandung protein susu sapi dapat meningkatkan risiko. Bayi yang beralih dari ASI ke susu formula atau makanan bayi terlalu cepat dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 1 di usia 10 tahun.
Sementara itu, bayi yang mengalami transisi dari ASI ke susu yang terhidrolisasi tinggi  - sehingga mudah dipecah dan dicerna -  memiliki risiko diabetes lebih rendah. Di usia 5 tahun, risikonya terkena diabetes bahkan berkurang hingga 50 persen. Penelitian yang masih berlangsung ini dilakukan di 77 pusat penelitian di 15 negara.

Waspadai Diabetes pada Anak

sumber : KOMPAS.COM
Lusia Kus Anna | Asep Candra | Jumat, 17 Juni 2011 | 09:51 WIB



KOMPAS.com - Penyakit diabetes pada anak-anak perlu semakin diwaspadai para orang tua. Data sebuah penelitian kecil menunjukkan, jumlah anak-anak penderita diabetes terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup.
Menurut data yang diungkap dr.Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), jumlah anak-anak penderita diabetes dalam kurun dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan terus naik. Meskipun data ini tidak mewakili secara nasional, tetapi angka kenaikannya perlu diwaspadai.
"Tahun 2011 ini, ada 65 anak diabetes yang tercatat, naik 400 persen dari tahun 2009. Dari jumlah itu, sebanyak 32 anak menderita diabetes melitus atau diabetes tipe dua," ungkap Aman pada acara konferensi pers 'Cermati Asupan Gula Berlebih pada Susu Anak' yang diadakan oleh Fonterra Brands Indonesia di Jakarta, Rabu (15/6/2011).
Aman menjelaskan, penyakit diabetes pada anak-anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang buruk, adanya riwayat diabetes di keluarga, anak lahir dengan berat badan rendah, serta kegemukan (obesitas). 
Faktor kegemukan adalah poin yang perlu menjadi perhatian khusus, karena fenomena ini tengah menggejala di masyarakat.  Dr.Rini Sekartini, Sp.A (K), ahli tumbuh kembang anak dari FKUI yang melakukan penelitian pada 100 anak usia 3-6 tahun di tiga Taman Kanak-kanak (TK) dan satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta menemukan, 20 persen anak TK mengalami obesitas dan 17,1 persen anak di PAUD obesitas.
Hal serupa juga terungkap dalam hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, yang menunjukkan prevalensi obesitas di kalangan balita Indonesia terus meningkat.  Prevalensi kegemukan pada balita mengalami kenaikan dari 12,2 persen pada 2007 menjadi 14 persen pada 2010.
Tingginya asupan gula pada makanan anak-anak, kata Aman, menjadi faktor yang harus diwaspadai para orang tua. Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan asupan gula tambahan pada anak seharusnya tidak melebihi 10 persen dari total energi yang dikonsumsi.
Artinya, berdasarkan angka kecukupan gizi Indonesia 2004, anak usia 1-3 tahun seharusnya mengonsumsi kurang dari 25 gram gula tambahan per hari atau setara dengan 5 sendok teh. Di usia 4-6 tahun jumlahnya tidak melebihi 38 gram atau sekitar 8 sendok teh.
Asupan gula terbanyak yang dikonsumsi anak adalah sukrosa yang mencapai 49,5 gram dan terbanyak berasal dari konsumsi susu formula. "Prosentase ini sudah melebih ambang batas yang direkomendasi WHO," tutur Aman.
Untuk mencegah obesitas pada anak, dr.Aman menganjurkan agar para orangtua mengembalikan pola makan anak yang benar. "Untuk tumbuh kembang anak butuh 1.600 kalori setiap harinya yang dibagi dalam 3 kali makan dan 2 kali snack. Minum susu secukupnya saja dan tingkatkan aktivitas fisik anak," tegas dr.Aman.
Risiko susu formula
Sementara itu penelitian di luar negeri menunjukkan, pemberian susu formula pada anak juga dapat diperhitungan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi risiko diabetes. Hal itu diungkapkan lewat penelitian awal Dr.Mikael Knip dari Universitas Helsinki dan dipublikasikan dalam American Journal for Clinical Nutrition.
Dalam suatu riset di kalangan bayi dengan genotipe HLA, gen yang membuat seseorang berisiko tinggi menderita diabetes, penggunaan susu formula yang mengandung protein susu sapi dapat meningkatkan risiko. Bayi yang beralih dari ASI ke susu formula atau makanan bayi terlalu cepat dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 1 di usia 10 tahun.
Sementara itu, bayi yang mengalami transisi dari ASI ke susu yang terhidrolisasi tinggi  - sehingga mudah dipecah dan dicerna -  memiliki risiko diabetes lebih rendah. Di usia 5 tahun, risikonya terkena diabetes bahkan berkurang hingga 50 persen. Penelitian yang masih berlangsung ini dilakukan di 77 pusat penelitian di 15 negara.

Diabetes Bukan karena Kebanyakan Gula

sumber : KOMPAS.com ---Lusia Kus Anna | Senin, 27 Juni 2011 | 15:50 WIB


Kompas.com - Dunia sedang menghadapi ledakan penderita diabetes. Data paling baru menyebutkan angkanya mencapai 350 juta orang di seluruh dunia, jauh melebihi prediksi Federasi Diabetes International (IDF) yang memproyeksikan tahun 2010 ada 285 juta penduduk dunia yang akan menjadi korban penyakit yang bisa merenggut penglihatan, bahkan kematian ini.
Walaupun para ahli sepakat diabetes merupakan masalah kesehatan terbesar di abad 21, nyatanya masih banyak orang yang angkat bahu ketika ditanya tentang kemungkinan menderita penyakit ini. Selain karena gejalanya memang tidak terlihat, tak sedikit yang masih mengira penyakit ini disebabkan karena mengasup makanan manis terlalu banyak.
Padahal, menurut dr.Budiman Darmowidjojo, Sp.PD, diabetes melitus tidak berhubungan dengan kebanyakan makan gula. Seseorang didiagnosis diabetes ketika tubuhnya tidak cukup menghasilkan insulin atau tidak menggunakan insulin yang ada dengan benar. "Tidak benar jika penyakit ini timbul karena kebanyakan makan makanan manis," katanya.
Faktor yang menyebabkan tingginya jumlah penderita adalah karena perubahan pola makan menjadi tinggi lemak dan kurangnya aktivitas fisik.  Keterkaitan penyakit ini dengan gula mungkin berpangkal dari kenyataan penderita diabetes harus membatasi asupan gula mereka.
"Yang harus dibatasi sebenarnya bukan hanya gula, tetapi total kalori karena sebagian besar yang kita makan untuk dijadikan energi akan diubah menjadi glukosa. Pada penderita diabetes, pola makan yang tidak terkontrol akan meningkatkan kadar glukosa," papar dokter dari Divisi Endokrinologi dan Metabolisme Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta.
Pada orang sehat, glukosa secara otomatis diserap oleh sel-sel. Tubuh menggunakan insulin yang dihasilkan oleh sel B pankreas untuk membuka reseptor sel sehingga glukosa bisa masuk. Akan tetapi pada orang yang menderita diabetes, terjadi resistensi insulin sehingga gula darah tidak dapat masuk.
Gula yang berlebih ini terkumpul dalam aliran darah dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan komplikasi. "Sebenarnya yang berbahaya bukan gula darah yang tinggi, tetapi komplikasi yang ditimbulkannya," imbuhnya.
Komplikasi
Diabetes merupakan penyakit yang menyerang diam-diam namun pada akhirnya akan menjadi bencana. Penyakit yang makin umum ditemui ini setiap tahunnya membunuh tiga juta orang di seluruh dunia.
Menurut dr.Budiman, penyebab kematian pasien diabetes sebenarnya bukan karena penyakit itu sendiri tetapi komplikasinya. "Hampir 40 persen meninggal karena penyakit jantung, sisanya karena gagal ginjal, stroke, atau kanker," papar ketua Jakarta Diabetes Meeting yang akan diadakan November 2011 mendatang ini.
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh diabetes ada yang akut, seperti hipoglikemi (gula darah terlalu rendah) atau hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi), atau komplikasi kronik.
"Komplikasi kronik sendiri ada yang memengaruhi pembuluh darah besar seperti penyakit jantung koroner atau stroke, atau yang memengaruhi pembuluh darah kecil sehingga pasien menderita gangguan saraf, ginjal, impotensi, atau kebutaan," paparnya.
Kadar gula darah yang tinggi, terang Budiman, juga akan mengganggu sistem hormonal sehingga kadar hormon tertentu meningkat yang berujung pada naiknya tekanan darah. "Sekitar 60-80 persen pasien diabetes menderita hipertensi," katanya.
Karena itulah sangat penting untuk memeriksakan gula darah guna mawaspadai naiknya kadar gula darah, terutama jika dalam riwayat keluarga ada yang menderita penyakit ini, usia Anda melebihi 40 tahun, menderita kegemukan atau menunjukkan gejala-gejala penyakit ini.
Perbaiki pola makan
Salah satu cara untuk menghindari diabetes adalah dengan menjaga berat badan tetap normal, melakukan olahraga secara teratur, dan memperbaiki pola makan. Ini berarti makan dengan pola makan sehat yang terfokus pada buah-buahan dan sayuran.
Penelitian menunjukkan untuk setiap kelebihan 40 gram lemak yang Anda makan dalam sehari, risiko untuk menderita diabetes meningkat tiga kali lipat. Dan bila Anda sudah menderita diabetes, Anda berpeluang besar mengalami komplikasi.
"Hal ini terjadi karena lemak tubuh membuat sel-sel menolak insulin," kata Frank Q.Nittal, M.D, dalam laporan yang dimuat dalam American Journal of Epidemiology.
Sementara itu penderita diabetes disarankan untuk makan setiap empat atau lima jam dalam porsi kecil. "Yang penting adalah mengatur kalori total," kata Budiman. Kendati demikian penderita diabetes tetap disarankan untuk berhati-hati dalam mengonsumsi gula. Kebutuhan akan makanan yang manis ini bisa dipuaskan dengan pemanis buatan rendah kalori.
Saat ini belum ada obat untuk mengobati diabetes. Itu sebabnya sayangi diri Anda dengan menjaga gaya hidup yang sehat, yang meliputi pola makan, olahraga, istirahat, serta menghindari stres. Pada penderita diabetes pun gaya hidup yang sehat dapat menjaga gula darah tetap stabil sehingga penyakit ini bisa dikendalikan.